Jumat, 18 Juli 2014

Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus

PREMIUM

Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Premium merupakan BBM untuk kendaraan bermotor yang paling populer di Indonesia. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Premium merupakan BBM dengan oktan atau Research Octane Number (RON) terendah di antara BBM untuk kendaraan bermotor lainnya, yakni hanya 88. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.

Kelemahan Premium

  • Dari sisi lingkungan, Premium masih memiliki kandungan logam berat timbal yang berbahaya bagi kesehatan.
  • Dari sisi teknologi, penggunaan Premium dalam mesin berkompresi tinggi, akan menyebabkan mesin mengalami knocking atau ‘ngelitik’. Sebab, Premium di dalam mesin kendaraan akan terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan piston. Knocking menyebabkan tenaga mesin berkurang, sehingga terjadi inefisiensi.
  • Dari sisi finansial, knocking yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan piston. Sehingga kendaraan bermotor harus diganti pistonnya.


PERTAMAX

Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina dengan RON atau oktan 92. Pertamax, seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, Pertamax memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi setelah tahun 1990, terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters (pengubah katalitik).

Keunggulan Pertamax

  • Bebas timbal.
  • Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari Premium.
  • Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan Pertamax lebih maksimal, karena BBM digunakan secara optimal. Sedangkan pada mesin yang menggunakan Premium, BBM terbakar dan meledak, tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala inilah yang dikenal dengan ‘knocking’ atau mesin ‘ngelitik’.


PERTAMAX PLUS

Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina dengan RON atau oktan 95. Pertamax Plus, seperti halnya Pertamax dan Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi, dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannnya di kilang minyak. Pertamax Plus merupakan bahan bakar yang sudah memenuhi standar performa International World Wide Fuel Charter (IWWFC). Pertamax Plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki rasio kompresi minimal 10,5, serta menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers, dan catalytic converters.

Keunggulan Pertamax Plus

  • Bebas timbal.
  • Oktan atau Research Octane Number (RON) yang lebih tinggi dari Pertamax.
  • Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax Plus bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi. Sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan Pertamax Plus lebih maksimal, karena BBM digunakan secara optimal. Sedangkan pada mesin yang menggunakan Premium, BBM terbakar dan meledak tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala ini yang dikenal dengan ‘knocking’ atau mesin ngelitik.
  • Bisa membersihkan timbunan deposit pada fuel injector, inlet valve, ruang bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan dan mampu melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat mencegah karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar.

Memilih Jenis Bahan Bakar Berdasarkan Kompresi Mesin

Jenis bahan bakar bensin yang umum ada di setiap SPBU adalah premium(88), pertamax(92), dan pertamax plus(95). Ketiga jenis bahan bakar ini memiliki oktan yang berbeda. Berikut akan saya bahas apa hubungan kompresi mesin dengan oktan.

Semakin tinggi nilai oktan maka bahan bakar itu semakin sulit terbakar pada suhu rendah, dengan kata lain semakin tinggi nilai oktan maka semakin tinggi pula suhu yang dibutuhkan agar bahan bakar itu dapat terbakar sempurna. Sedangkan semakin tinggi angka kompresi, maka semakin panas pula suhu pada ruang bakar. 

Mesin yang mengonsumsi jenis bahan bakar yang tidak sesuai dengan kompresi akan mengalami pembakaran tidak sempurna dan lebih mudah menumpuk kerak karbon pada ruang bakar. Sebagai contoh mesin berkompresi rendah yang mengonsumsi bahan bakar beroktan tinggi, ketika piston berada pada titik mati atas, kompresi yang dihasilkan kurang menghasilkan suhu tinggi yang sesuai agar bahan bakar dapat terbakar sempurna, akibatnya bahan bakar tidak terbakar habis dan menyisakan tumpukan kerak karbon. Sedangkan mesin berkompresi tinggi yang mengonsumsi bahan bakar beroktan rendah akan mengakibatkan knocking. Knocking adalah gejala dimana bahan bakar terbakar sebelum busi memercikkan bunga api, hal ini terjadi karena kompresi mesin yang tinggi menghasilkan suhu yang tinggi pula, jadi bahan bakar terbakar dengan sendirinya ketika ruang bakar melakukan kompresi tanpa dipicu oleh busi.

Tujuan mesin dibuat dengan perbandingan kompresi tinggi adalah untuk meningkatkan efisiensi (irit bahan bakar) dan menurunkan kadar emisi gas buang.Semakin tinggi angka oktan, maka harga per liternya pun umumnya lebih tinggi.

Oleh karena itu sebaiknya mengisi bensin sesuai nilai rasio kompresi kendaraan kita (kecuali ada modifikasi lain). Semakin tinggi nilai oktan, maka bensin semakin sulit terbakar (dikarenakan titik bakarnya lebih tinggi) dan semakin sulit menguap. Bensin yang gagal terbakar (akibat oktan terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kompresi) bisa menyebabkan penumpukan kerak karbon pada ruang bakar dan pada klep.

Berikut adalah tabel perbandingan kompresi bahan bakar dengan nilai oktan



Minggu, 13 Juli 2014

Cara Mengerem yang Benar

Rem adalah piranti yang cukup vital dalam kendaraan baik roda 2 maupun roda 4. Fungsi rem adalah untuk menghentikan perputaran roda pada kendaraan, BUKAN untuk menghentikan kendaraan seketika. Inilah yang salah dalam pemahaman orang awam tentang fungsi rem pada kendaraan. Seringkali mereka beranggapan bahwa semakin kuat menekan atau menginjak rem berarti semakin cepat pula kendaraan berhenti. Padahal dengan menekan atau menginjak rem terlalu kuat akan mengakibatkan roda terkunci (ingat fungsi rem adalah untuk menghentikan perputaran roda) dan mengakibatkan ban selip atau hilang traksi ke aspal. Hal ini sering terjadi pada mereka yang melakukan panic braking entah karena kendaraan di depan berhenti secara tiba-tiba atau menghindari sesuatu.


Sekarang akan saya bahas pengereman pada kendaraan roda 2 atau sepeda motor. Sepeda motor merupakan kendaraan yang lebih beresiko daripada mobil, jika teknik pengereman salah maka akibatknya bisa fatal, motor bisa jatuh (ndlosor) di aspal dan si ridernya pun bisa mencium aspal =D. Ketika hendak mengerem sepeda motor (khususnya kopling manual), segera tutup penuh putaran gas, tarik tuas rem dan injak pedal rem secara bersamaan dengan komposisi rem depan 70 persen dan rem belakang 30 persen saja, tarik dan injak perlahan-lahan dan jangan secara tiba-tiba karena akan membuat roda terkunci dan kehilangan traksi ke aspal. Jika kondisi sedang hujan atau melewati jalan basah bekas hujan, jangan mengerem terlalu kuat karena traksi ban ke aspal basah tidak sekuat traksi ban ke aspal kering. Sesaat sebelum motor berhenti, tarik tuas kopling. Selain itu kita juga dapat memanfaatkan engine brake untuk membantu pengereman, caranya adalah tarik tuas kopling, turunkan perseneling atau gigi, lepas tuas kopling secara perlahan sampai mesin meraung atau sampai RPM naik, setelah RPM turun segera tarik tuas kopling lagi dan turunkan gigi, kemudian lepas tuas kopling secara perlahan kembali, ulangi langkah-langkah tersebut sampai pada gigi 1 atau setelah mendapat kecepatan yang diinginkan. Turunkan gigi secara bertahap seperti 6-5-4-3-2-1, jangan langsung melompat seperti dari gigi 6 langsung turun ke gigi 3 atau 2, karena dapat menyebabkan motor hilang kendali.


Sepeda motor zaman sekarang sudah ada yang dilengkapi teknologi ABS (Antilocking Brake System). Teknologi ini mencegah ban terkunci ketika melakukan pengereman. Biasanya motor jenis ini memiliki sensor pada velg nya dekat as roda. Lalu bagaimana dengan motor yang tidak dilengkapi dengan teknologi ini? tenang saja karena kita masih dapat menerapkan teknologi ini ke motor kita secara manual (ABS abal-abal), yaitu mengerem dengan cara menekan dan melepas tuas rem secara cepat berulang-ulang seperti memompa. Selamat mempraktekkan, Keep Safety Riding.